LIFE IS

All my yesterdays have brought me to this day, and all my tomorrows begin with now

Saturday, May 21, 2011

Rahasia Allah akan Kematian

Bacaan Alkitab:

Mazmur 90:12; 90:3, 5-10
 Paling tidak ada tiga hal yang tidak diketahui oleh manusia, dan hanya Tuhan saja yang tahu dengan pasti, yakni:
a) Inõtõ wa’amate (waktu kematian)
Manusia barangkali hanya bisa meramalkan umur seseorang, tetapi tidak bisa memastikan. Tidak ada seorang pun yang tahu persis kapan ia akan meninggal. Seseorang bisa saja meninggal pada pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari, bahkan tengah malam. Seseorang bisa saja meninggal pada hari Minggu, atau hari yang lain. Seseorang bisa saja meninggal pada pukul 01.00 WIB (subuh), bisa juga pukul 12.00 WIB siang. Seseorang bisa saja meninggal pada bulan kelahirannya, bahkan pada tanggal dan jam kelahirannya, bisa juga pada tanggal 29 Pebruari yang mana tanggal ini hanya ada empat tahun sekali (tahun kabisat) sehingga kita susah mengadakan syukuran tahunan padanya. Seseorang bisa saja meninggal pada tanggal 25 Desember, atau pada Jumat Agung, atau pada malam tahun baru. Seseorang bisa saja meninggal ketika ia masih bayi, bahkan dari dalam kandungan, bisa juga pada saat remaja, pemuda, orangtua (dewasa), bahkan ada juga yang ratusan tahun (melebihi apa yang dikatakan pemazmur pada pasal 90:10). Siapa yang tahu semuanya ini? Manusia tidak tahu akan hal ini, hanya TUHAN saja yang tahu.
b) Nahia wa’amate (tempat kematian)
Manusia barangkali bisa menginginkan dia meninggal di tempat yang nyaman. Orangtua kita boleh saja dia menginginkan akan meninggal dan dikubur di kampung halamannya. Tetapi itu hanya keinginan, dan yang memastikannya adalah TUHAN Allah. Siapapun tidak tahu di mana dia akan menghembuskan napas terakhir di dunia ini. Seseorang bisa saja meninggal di rumah sakit, bisa saja di rumah mewah, bisa saja di gubuk, bisa saja di mimbar, bisa saja di kamar mandi, bisa saja di kamar tidur, bisa saja di hotel, bisa saja di udara, bisa saja di laut, bisa saja di atas mobil, bisa saja di sofa, bisa saja di tikar biasa, bisa saja di ruang ber-AC, bisa saja di kampus/ sekolah, bisa saja di PT atau tempat kerja, bisa saja di dalam gereja, bisa saja di Amerika, bisa saja di Medan, bisa saja di Nias, bisa juga di Papua, malah tidak tertutup kemungkinan meninggal di Bulan atau di planet Mars. Singkatnya, seseorang bisa saja meninggal di mana pun, tidak ada tempat terlarang untuk meninggal, dan manusia tidak tahu akan hal ini, hanya TUHAN saja yang tahu.
c) Lala wa’amate (cara kematian)
Hal ketiga yang merupakan rahasia bagi manusia adalah bagaimana seseorang itu meninggal. Barangkali kita ingin meninggal dengan cara yang nyaman menurut ukuran duniawi, tetapi realitas berbicara lain. Ada orang yang meninggal dengan jalan bunuh diri (dan ini sangat tidak Alkitabiah), bisa saja karena dibunuh (entah dibacok atau ditembak), bisa saja karena penyakit, bisa saja karena kelaparan, bisa saja karena terlalu kenyang, bisa saja karena gempa bumi dan tsunami, bisa saja karena kecelakaan lalu lintas (baik di darat, laut, dan udara), bisa saja ketika dia sedang pidato atau khotbah, bisa saja karena terjatuh dari atap bangunan atau dari pohon, bisa saja karena disambar petir, bisa saja karena kesetrum listrik, bisa saja karena tenggelam, bisa saja karena over-dosis obat-obatan, bisa saja karena rokok, singkatnya seseorang meninggal dengan segala cara. Tuhan Yesus sendiri meninggal dengan cara disalib, dan itu tidak berarti Dia adalah orang yang jahat dan karenanya tidak berada di surga. Dengan demikian kita tidak bisa menghakimi cara mati seseorang apakah dia itu orang baik atau orang jahat. Banyak koruptor yang meninggal dengan nyaman, dan sebaliknya banyak orang benar, seperti Tuhan Yesus tadi, atau Yohanes Pembaptis, yang meninggal dengan cara yang sangat ngeri. Siapa yang tahu akan hal ini? Manusia tidak tahu, hanya TUHAN saja yang tahu.
 Apa yang harus kita lakukan karena “ketidaktahuan” kita itu? Pemazmur mengajar kita untuk memohonkan kepada “YANG SERBA TAHU” itu dengan berkata, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana”. Doa ini bukan sekadar permohonan, melainkan suatu ajaran bagi kita untuk menyadari bahwa hari-hari hidup kita di dunia ini singkat (Mzm. 90:5-7), karenanya kita harus menjalani hidup ini dengan penuh ke-bijaksana-an. Bijaksana dalam berkata-berkata, bijaksana dalam berseloroh, bijaksana dalam bekerja, bijaksana dalam belajar, bijaksana dalam mengajar, bijaksana dalam pergaulan, bijaksana dalam berusaha (bisnis), bijaksana dalam berpolitik, bijaksana dalam karir, bijaksana dalam berpikir, bijaksana dalam mengajukan atau menyampaikan ide/gagasan, bijaksana dalam menonton, bijaksana dalam mengendarai kendaraan bermotor, bijaksana dalam berpacaran, bijaksana dalam berorganisasi, bijaksana dalam rumah tangga, bijaksana dalam pelayanan, dst.
Bukan rahasia lagi kalau sekarang ini banyak orang, termasuk orang Kristen, terhanyut oleh kenikmatan dan keindahan duniawi ini, sehingga tidaklah heran kalau banyak yang kawin cerai atau berselingkuh misalnya, tidaklah heran kalau banyak yang menyalahgunakan uang/jabatan atau tubuhnya demi keinginan duniawinya, tidaklah heran kalau banyak orang yang menjadi korban kekerasan dan ketidakadilan social, seolah-olah hidup hanya sebatas di dunia ini. Pemazmur mengingatkan kita pada pasal 90 ini ayat 8, “Engkau menaruh kesalahan kami di hadapan-Mu, dan dosa kami yang tersembunyi dalam cahaya wajah-Mu”.
 Bagaimana dengan orang yang sudah meninggal ini? Pengkhotbah mengatakan, “Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap. Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang, dan untuk selama-lamanya tak ada lagi bahagian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari” (Pengkhotbah 9:5-6). Dia kini sudah berlalu, dan tak seorangpun mampu menghalanginya, dia kini sudah ada di sisi Tuhan. Di sisi lain, kita tidak perlu berandai-andai tentang “bekhu”-nya, sebab “bekhu niha si no mate” itu tidak ada, yang ada adalah iblis yang bisa menyamar seperti orang yang sudah meninggal itu! Masa sih …? Rasul Paulus menasihatkan kita untuk tidak terlalu heran akan hal ini, sebab iblis itu malah bisa menyamar sebagai malaikat terang untuk menyesatkan kita (2 Korintus 11:14). Barangkali bekhu (iblis) itulah yang membuat banyak orang sampai sekarang kesurupan, sehingga di mana-mana ada “kesurupan massal”. Yang menakutkan adalah kalau kita ini “kesetanan”, sehingga tidak lagi bijak dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Semoga ketidaktahuan kita akan rahasia Allah tentang kematian ini mendorong kita untuk hidup dalam kasih, sebab hidup yang bermakna adalah “Live to Love”.
(Pdt. Alokasih Gulo)

No comments:

Post a Comment