LIFE IS

All my yesterdays have brought me to this day, and all my tomorrows begin with now

Saturday, May 21, 2011

Pertemuan dengan Yesus Membuahkan Kebajikan (Yohanes 1:43-51)

Ketika seseorang bertemu dengan orang terpandang, misalnya pejabat tinggi negara, atau bahkan dengan artis kenamaan, maka besar kemungkinan dia akan bercerita kepada keluarga atau teman-temannya tentang pertemuannya itu. Dia tentunya merasa senang, bangga, dan bisa jadi mau menunjukkan kelebihannya dari teman kepada siapa dia bercerita.Hal yang sama juga dilakukan oleh Filipus yang bertemu dengan Yesus, seorang tokoh terkenal sekaligus kontroversial pada waktu itu, terutama di kalangan orang Yahudi dan pemerintah Romawi. Yang unik dari pertemuan Filipus dengan Yesus adalah bahwa pertemuan itu membuahkan kebajikan dengan membagikan dan mengundang orang lain untuk ikut serta dalam sukacita bertemu dengan Yesus. Setelah Filipus bertemu dengan Yesus, dia kemudian mengkomunikasikannya kepada Natanael, yang nantinya juga bertemu dengan Yesus. Artinya, setiap orang yang merasa telah bertemu dengan Yesus dalam iman, seharusnya mengajak orang lain juga bertemu dengan Yesus. Mengapa unik? Karena dia menceritakannya kepada Natanael bukan sekadar menyatakan kelebihan atau rasa bangga, melainkan lebih pada upaya untuk mengajak Natanael bertemu juga dengan Yesus, sang Idola masyarakat kecil pada waktu itu.

Dengan gayanyayang khas, penulis Injil Yohanes merangkai sedemikian rupa kisah pertemuan dengan Yesus ini untuk menyatakan hal besar di ayat 50b dan 51. Natanael ditampilkan sebagai seorang tokoh yang pada mulanya menyatakan dengan jujur “ketidakpercayaannya” akan datangnya yang baik dari Nazaret. Pernyataan yang jujur ini sekaligus menyatakan pengakuan bahwa Yesus sebagaimana disebut oleh Musa dan para nabi (ay. 45) adalah “yang baik”. Tidak ada penjelasan khusus mengenai Nazaret di sini, tapi ada kesan bahwa daerah ini sangat sedikit menghasilkan orang-orang dengan kabar yang baik.

Bagaimana tanggapan Yesus sendiri? Yesus justru menyebutnya sebagai seorang Israel sejati, karena tidak ada kepalsuan di dalamnya. Artinya ke-sejati-an itu tidak ditentukan oleh penampakan fisik tetapi oleh kebenaran yang ada di dalam seseorang itu.

Natanael nampaknya terkejut karena Yesus ternyata mengenalnya, padahal mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Yesus menunjukkan kuasa-Nya di sini, bahwa Dia sudah mengetahui Natanael bahkan sebelum Natanael menyadarinya. Natanael semakin diyakinkan dengan kenyataan Yesus ini bahwa Dia memang berasal dari Allah. Kalau selama ini Natanael hanya mendengar dari orang lain, sekarang dia melihat sendiri dan membuktikan sendiri bagaimana sosok dan kuasa Yesus. Tapi Yesus membawa Natanael ke arah hal-hal yang lebih besar dari apa yang dirasakannya saat itu juga. Di sini Yesus memberi penekanan pada kemahakuasaan Anak Manusia yang adalah diri-Nya sendiri. Dan Natanael harus meletakkan kepercayaannya atas kenyataan itu, bukan hanya pada apa yang dilihatnya sesaat pada waktu itu.

Mengikut Yesus bukanlah sekadar menjadi orang Kristen, menjadi pemuda Kristen, atau pun menjadi hamba Tuhan. Mengikut Yesus bukan sekadar mengetahui banyak hal tentang Yesus, bukan pula sekadar menyatakan pengakuan iman bahwa kita percaya kepada-Nya. Mengikut Yesus berarti telah bertemu dengan Dia; artinya mustahil mengikut Yesus kalau masih belum bertemu dengan Dia. Dan pertemuan dengan Yesus membuahkan kebajikan dan pengakuan yang jujur lewat perenungan yang mendalam bahwa Dia adalah Rabi, Anak Allah, Raja kehidupan kita. Konsekuensinya adalah bahwa kita tidak bisa bersembunyi, atau katakanlah berlindung di balik kekristenan kita saat ini untuk menyembunyikan jati diri atau karakter kita yang sesungguhnya. Kalau Tuhan Yesus sendiri mampu melihat dan mengenal Natanael bahkan sebelum mereka bertemu, maka Dia juga mampu melihat dan mengenal siapakah diri kita yang sebenarnya. Itulah sebabnya dalam Injil Yohanes ini Yesus mengatakan bahwa Dialah Terang Dunia (Yoh. 8:12), yang menurut penulis Injil Yohanes ini Yesus adalah Terang yang menerangi setiap orang (Yoh. 1:9). Artinya, tidak ada satu pun atau seorang pun yang tersembunyi bagi Dia; semuanya Dia tahu. Topeng apa pun yang kita pakai, rambut palsu yang bagaimana pun yang kita pakai, bahkan sekali pun melebihi rambut palsu yang dipakai oleh Gayus Tambunan, Tuhan Yesus mampu melihat dan mengenal siapa kita.

Oleh karena Yesus mengenal semuanya, maka apabila kita merasa sudah bertemu dengan Dia, maka hasilkanlah buah-buah kebajikan;hasilkanlah buah-buah yang jujur yang tidak dibungkus dengan manis padahal penuh kepalsuan; berbagi sukacitalah dengan sesama, dan ajaklah orang lain ke jalan kehidupan lewat pertemuan dengan Yesus. Dengan melakukan ini maka kita mampu melihat hal-hal besar seperti yang dikatakan Yesus kepada Natanael di ayat 50b dan 51, yaitu bahwa Anak Manusia berasal dari Allah dengan penuh kuasa sekaligus membawa kehidupan.

(Pdt. Alokasih Gulo)

No comments:

Post a Comment