LIFE IS

All my yesterdays have brought me to this day, and all my tomorrows begin with now

Saturday, May 21, 2011

Terang (yang) Menuntun pada Pertobatan (Matius 4:12-17)

Kisah ini ditempatkan oleh Matius di antara dua peristiwa yang sangat penting dalam pelayanan Yesus. Peristiwa pertama yang mendahului teks kita adalah tentang pencobaan yang dialami oleh Tuhan Yesus (Mat. 4:1-11). Peristiwa kedua setelah teks kita adalah tentang pemanggilan murid-murid yang pertama (Mat. 4:18-22). Peristiwa pertama menandai kemenangan Yesus dalam pencobaan, sedangkan peristiwa kedua menunjukkan langkah penting yang dilakukan Yesus sebelum memulai pelayanan-Nya. Hanya Matiuslah yang mengisahkan dengan lebih lengkap peristiwa penyingkiran Yesus ini ke Galilea.

Sebelumnya, ancaman terhadap kehidupan Yesus sudah ada sejak kelahiran-Nya dan masa kanak-kanak (Mat. 2:13-19). Awalnya Yesus (bersama orang tuanya) tinggal di Nazaret untuk keselamatan Yesus setelah Herodes mati (Mat. 2:23), tetapi ternyata Nazaret juga tidak menjadi tempat yang aman bagi Yesus. Buktinya adalah Yohanes Pembaptis ditangkap (Mat. 4:12). Karena situasi yang tidak kondusif ini, Yesus memutuskan untuk menyingkir ke Galilea, meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum (Mat. 4:12-13). Hal yang menarik di sini adalah disebutkannya beberapa kota di luar Nazaret, dan adanya penekanan khusus pada wilayah bangsa-bangsa lain (ay. 15). Penyebutan “wilayah bangsa-bangsa lain” di sini – dan nantinya ada penyebutan bangsa yang diam dalam kegelapan di ayat 16 – mirip dengan kisah “penyingkiran ke Mesir” yang hanya diungkap oleh Matius (Mat. 2:13-15).

Kisah-kisah ini mengindikasikan bahwa walaupun secara historis Israel merupakan umat pilihan Allah, tetapi fakta historis itu tidak secara otomatis menjadi keselamatan mereka.[1] Menyedihkan memang, bangsa yang seharusnya menerima Juruselamat malah berusaha untuk membunuh-Nya.Dalam konteks yang lebih luas, teks kita hari ini juga menunjukkan ke-universal-an Injil, yang nantinya terungkap secara jelas di bagian akhir Injil Matius ini (Mat. 28:19-20). Penyingkiran Yesus ke Galilea di sini (dan ke Mesir sebelumnya) tidak bisa ditafsirkan sebagai sikap seorang “pengecut”. Penyingkiran ini lebih sebagai upaya Allah untuk menjaga berita Injil dalam Yesus tetap berjalan sekali pun ada banyak ancaman yang datang. Keputusan Yesus untuk menyingkir sangatlah tepat, daripada “mati konyol” hanya karena “gengsi” tidak takut pada ancaman.[2] Memang, yang ditangkap di sini adalah Yohanes Pembaptis, tetapi Yesus melihat lebih jauh lagi, bahwa sasaran utama adalah diri-Nya sendiri. Kalau Dia sempat ditangkap sebelum berbuat sesuatu dalam pemberitaan Kerajaan Allah, tentu rencana Allah “gagal”, suatu hal yang mustahil terjadi. Jadi, rencana Allah tidak akan pernah gagal, sekali pun ada banyak usaha dan situasi yang mencoba menggagalkannya. Artinya, apa pun yang telah direncanakan Allah, semua yang telah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL sebelumnya, pasti akan digenapi. Itulah yang dikatakan pada ayat 14 tadi “supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya”.

Implikasi positif dari penyingkiran Yesus ke Galilea terungkap pada ayat 16 dengan konsekuensi pada ayat 17. Pada satu sisi kedatangan Yesus ke Galilea, Kapernaum, daerah sekitarnya dan wilayah bangsa-bangsa lain merupakan berita sukacita (Injil) bagi mereka, sebab mereka akan dibebaskan dari kegelapan yang selama ini menguasai mereka; kegelapan dan bayang-bayang maut tidak lagi berkuasa atas mereka, sebab “terang TUHAN terbit atas mereka, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atas mereka” (Yes. 60:2b). Tapi, Kristus tidak akan berdiam atau tinggal dalam hidup kita, kalau ternyata Dia tidak diterima, seperti kedegilan bangsa Israel. Mereka yang hidup tanpa Kristus sesungguhnya berada dalam kegelapan. Mereka dikuasai oleh gaya hidup bersenang-senang, memilih hidup dalam kegelapan daripada terang Yesus Kristus.

Ketika Injil datang, terang datang; ketika ia datang di mana saja, kepada siapa saja, ada kehidupan di sana. Terang itu menuntun kita kepada pertobatan dan pembaharuan hidup; itulah Injil, itulah esensi dari Kerajaan Surga. Doktrin pertobatan merupakan doktrin Injil yang benar. Bukan hanya Yohanes Pembaptis yang keras, tetapi Yesus yang Pemurah juga menyerukan pertobatan. Yesus menyerukan pertobatan bagi kita semua, untuk meninggalkan gaya hidup kegelapan, pola pikir kegelapan, pergaulan kegelapan, pekerjaan kegelapan, dan sejenisnya, dan membiarkan Yesus menerangi kehidupan kita; itulah esensi dari pertobatan. Amin.

(Pdt. Alokasih Gulo)


[1]Maka, jangan terlalu bangga dengan status kita sebagai orang Kristen, bahkan sebagai hamba Tuhan, atau apa pun yang kita miliki yang mungkin bisa dibanggakan. Jangan terlalu bangga dan yakin dengan keberhasilan masa lalu, sebagai Kerajaan Allah itu adalah “here and now” (sekarang dan di sini), is at hand.
[2]Banyak orang yang “mati konyol” hanya karena tidak mau disebut sebagai pengecut atau pecundang. Banyak orang, terutama pemuda yang “mati konyol” atau mengalami kecelakaan hanya karena tidak mau disebut “tidak-jantan”. Banyak orang yang “mati konyol” karena “gengsi-gengsian”; maka tidak mengherankan kalau banyak orang yang sepertinya memiliki sepeda motor keren padahal “pinjaman”; suka meminjam mobil orang lain supaya nampak hebat, padahal “mobil pinjaman”; dst.

No comments:

Post a Comment