LIFE IS

All my yesterdays have brought me to this day, and all my tomorrows begin with now

Saturday, May 21, 2011

Persekutuan yang Menghidupkan (Yohanes 20:19-23)

Tema mengenai “persekutuan” mendapat perhatian dari penulis Injil Yohanes. Salah satu tujuan penulisan Injil ini adalah untuk menguatkan dasar iman orang percaya supaya dapat terus percaya kepada Yesus, dan dengan demikian masuk dalam persekutuan penuh dengan Bapa dan Anak (bnd. Yoh 17:3). Persekutuan ini berlangsung dalam segala situasi, suka maupun duka, dan hanya akan bertahan apabila orang-orang percaya bergantung penuh pada Pengikat Utama yang mempersatukan, yaitu Yesus Kristus, Sang Mesias, Anak Allah. Melalui perikop Yohanes 20:19-23 kita akan melihat bagaimana persekutuan para murid berada dalam situasi kritis, tetapi pada akhirnya tetap bertahan karena Tuhan Yesus yang bangkit datang menghadirkan sukacita dan kehidupan bagi mereka. Pertama-tama nanti kita akan merenungkan bagaimana kehadiran Tuhan Yesus mengubah suasana kritis persekutuan para murid menjadi suasana yang menyegarkan, kemudian kita akan merenungkan bagaimana para murid diutus oleh Yesus, dan akhirnya perenungan kita adalah bagaimana Roh Kudus memberikan kekuatan, keberanian dan kehidupan dalam persekutuan dan pekerjaan pelayanan.

1) Persekutuan yang mencekam  Persekutuan yang menyukakan (ay. 19-20)
Adalah suatu hal yang wajar apabila seseorang atau pun sebuah kelompok merasa ketakutan setelah mengalami peristiwa yang mengerikan. Ini pula yang dialami oleh murid-murid Tuhan Yesus pasca pembunuhan Sang Tuan mereka, yaitu Tuhan Yesus. Tentunya mereka sudah menyaksikan sendiri bagaimana kekejaman bangsa Yahudi dan para tentara Romawi ketika menyiksa dan menyalibkan Tuhan Yesus sampai mati di kayu salib. Bayang-bayang kekejaman itu masih saja terasa, bayang-bayang maut itu masih saja menghantui mereka, sebab peristiwa tragis itu baru saja terjadi, kurang dari 3×24 jam. Jadi, sangatlah wajar apabila mereka berkumpul di suatu tempat yang tertutup, bahkan pintu-pintunya terkunci. Memang, murid-murid sudah biasa berkumpul bersama bahkan sejak Tuan mereka masih ada; namun perkumpulan mereka saat itu memiliki makna tersendiri. Mereka berkumpul pada satu sisi untuk menantikan janji Yesus bahwa Dia akan bangkit, dan pada saat yang sama mereka juga berkumpul untuk bisa berbagi rasa takut satu dengan yang lain. Walaupun Maria, Petrus, Yohanes dan para murid lain sudah mengetahui bahwa Tuhan mereka sudah bangkit, namun mereka masih belum mengalami damai. Mereka malah bersembunyi di ruang yang terkunci, tentunya karena takut kepada para pemimpin Yahudi. Ketakutan yang sudah menyerang mereka sejak menjelang Yesus disalibkan kini menjadi-jadi.
Tiba-tiba, di luar dugaan mereka, dan meskipun pintu terkunci, Yesus berdiri di tengah-tengah mereka, dan dampaknya luar biasa. Dukacita, ketakutan, suasana mencekam dan ketegangan yang menghantui persekutuan para murid digantikan dengan sukacita karena Kristus yang hadir di tengah-tengah mereka, yang menyapa mereka dengan salam “Damai Sejahtera bagi Kamu”. Untuk meyakinkan mereka, Yesus memang menunjukkan bekas luka yang ada di tangannya dan di lambungnya. Kenyataan ini membawa sukacita yang luar biasa bagi murid-murid. Sekejap mereka mengalami kepenuhan makna damai atau syalom, yaitu kepenuhan hidup karena memiliki hubungan yang intim dengan Allah. Sukacita keselamatan karena melihat Yesus yang bangkit memenuhi hati mereka. Kesukaan melihat Yesus itu juga akan sempurna ketika semua orang milik-Nya kelak berjumpa muka dengan muka dengan-Nya.
Ketika Yesus menyatakan kasih-Nya kepada orang-orang percaya melalui penghiburan Roh-Nya, Dia meyakinkan kita bahwa karena Dia hidup, kita juga harus hidup; karena Dia hadir untuk memberi hidup, persekutuan kita juga harus dalam rangka saling menghidupkan – bukan saling menjatuhkan, bukan saling menyudutkan, dan bukan saling mematikan. Cahaya Kristus akan menggembirakan hati setiap orang pada saat apa pun; dan semakin kita mengenal Kristus, kita juga semakin bersukacita. Karenanya, sukacita itu juga harus menjadi milik kita masing-masing, hadir dalam persekutuan kita, dan terpancar dalam pelayanan kita.
2) Pengutusan (ay. 21)
Setelah rasa takut diatasi, setelah suasana tegang menjadi suasana yang penuh kehangatan dan sukacita karena kehadiran Tuhan Yesus yang bangkit, maka sudah saatnya murid-murid diutus untuk memberitakan Injil keselamatan, Injil pengampunan dosa. Ada hal yang menarik dari kata-kata Yesus ini, yaitu ketika Dia mengatakan “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu”. Mengapa kata-kata ini menarik? Karena pengutusan para murid paralel dengan pengutusan Yesus oleh Allah. Perkataan ini menunjukkan bahwa hubungan antara Yesus dan Allah terus menerus bergantung kepada kepatuhan dan kasih Yesus yang sempurna. Yesus bisa menjadi utusan Allah hanya oleh karena Dia memberikan kepada Allah kepatuhan dan kasih yang sempurna. Ini berarti bahwa kita dapat menjadi utusan dan alat Kristus hanya apabila kita mematuhi dan mengasihi Dia dengan sempurna. Kita haruslah mengikuti kehendak Kristus. Kita akan gagal bila kita mencoba untuk memecahkan persoalan dengan hikmat dan kekuatan diri sendiri, dan tidak mau memperhatikan kehendak dan pimpinan Yesus Kristus. Pelayanan dan persekutuan kita akan mendatangkan sukacita dan kehidupan hanya apabila kita mau tunduk di bawah kehendak Sang Pengutus, Yesus Kristus; dan hanya apabila kita terus menerus menunjukkan kepatuhan dan kasih yang sempurna kepada-Nya.
3) Roh Kudus Memberi Kehidupan (ay. 22, 23)
Untuk memungkinkan mereka mengemban misi tersebut dengan prinsip “kepatuhan dan kasih yang sempurna”, maka Yesus menghembuskan Roh Kudus kepada mereka. Roh Kudus akan mengubah ketakutan dan persembunyian menjadi keberanian dan keterbukaan, menjadi utusan yang disertai oleh wibawa sang Pengutus sendiri. Yesus menghembusi murid-murid-Nya dan memberi kepada mereka Roh Kudus dengan berkata: “Terimalah Roh Kudus”. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan rohani mereka dan kemampuan mereka dalam pelayanan, akan disampaikan dari Dia, dan bergantung pada Dia. Setiap kata Kristus yang diterima dalam hati karena iman, datang dengan diiringi oleh napas ilahi ini; dan tanpa ini tidak ada cahaya maupun kehidupan. Kedatangan Roh Kudus adalah seperti lahirnya kehidupan baru dari kematian. Bila Roh itu datang kepada kita, maka kita “diciptakan kembali” untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan kita. Roh Kuduslah yang pada prinsipnya memberi kehidupan bagi suatu persekutuan, bagi suatu pekerjaan pelayanan. Tanpa Roh Kudus persekutuan mati, tanpa Roh Kudus pekerjaan pelayanan juga mati, tiada gunanya.
Selanjutnya, Yesus berkata kepada murid-murid: “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada”. Kita harus berhati-hati untuk mengartikan kata-kata ini. Satu hal yang pasti adalah bahwa tidak ada orang yang dapat mengampuni dosa-dosa orang lain. Akan tetapi hal lain juga yang sama pastinya adalah bahwa kepada gereja diberikan hak istimewa yang besar untuk menyampaikan berita tentang pengampunan Allah kepada manusia. Seandainya ada orang yang membawa suatu berita dari orang lain kepada kita, maka pandangan kita mengenai nilai berita itu bergantung pada sejauh mana atau sebaik apa pembawa berita itu mengenal si pengirim berita. Jika ada orang yang hendak menginterpretasikan pikiran orang lain kepada kita, kita tahu bahwa nilai dari interpretasi itu bergantung pada berapa eratnya hubungan antara kedua orang itu.
Para rasul mempunyai hak-hak yang terbaik untuk menyampaikan pesan Yesus kepada manusia, karena mereka yang paling mengenal Dia. Jika mereka mengetahui bahwa seorang sungguh-sungguh bertobat, mereka dapat dengan kepastian mutlak memberitakan kepadanya bahwa dia sudah menerima pengampunan Kristus. Sejalan dengan itu, jika mereka mengetahui bahwa tidak ada pertobatan sama sekali di dalam hatinya, atau bahwa dia hanya menyalahgunakan kasih dan kemurahan Allah, mereka dapat mengatakan kepadanya, bahwa sebelum hatinya berubah tidak akan ada pengampunan baginya. Kalimat ini tidak berarti bahwa kuasa untuk mengampuni dosa pernah dipercayakan kepada seseorang atau orang-orang tertentu; kalimat ini berarti bahwa kuasa untuk memberitakan pengampunan sudah dipercayakan kepada mereka dan pada saat yang sama juga kuasa untuk memperingatkan bahwa pengampunan tidak akan diberikan kepada orang yang tidak mau bertobat.
Kalimat ini menetapkan tugas kita untuk menyampaikan berita pengampunan kepada orang yang sungguh-sungguh bertobat, dan untuk memperingatkan orang yang tidak mau bertobat bahwa mereka kehilangan kemurahan Allah. Kita harus melakukan tugas ini tanpa keraguan dan dengan penuh keberanian, dengan satu tujuan, yaitu untuk menyatakan bahwa sesungguhnya YESUS TELAH BANGKIT DAN HADIR UNTUK MEMBERIKAN KITA SUKACITA DAN KEHIDUPAN YANG SEBENARNYA.
Jadi, pelayanan dan persekutuan kita akan saling menghidupkan hanya apabila:
1) Kristus yang bangkit hadir (baca: dihadirkan) dalam pelayanan dan persekutuan kita;
2) Kita tunduk di bawah kehendak Sang Pengutus dan menyerahkan totalitas kehidupan, pelayanan dan persekutuan kita kepada-Nya;
3) Roh Kudus sendiri yang memberi kehidupan bagi kita semua.
(Pdt. Alokasih Gulo)

No comments:

Post a Comment