LIFE IS

All my yesterdays have brought me to this day, and all my tomorrows begin with now

Tuesday, June 7, 2011

Fenomena Bahasa Roh: Salahkah? Alkitabiahkah?

Shared by Pdt. Alokasih Gulo
Suatu hari ada teman yang menceritakan pengalamannya pindah-pindah gereja. Pada awalnya dia (dan seluruh keluarganya) tercatat sebagai warga jemaat BNKP, tetapi kemudian dia sendiri sering mengikuti kebaktian di beberapa gereja yang mengklaim diri sebagai gereja yang “memiliki” Roh Kudus. Tidak tanggung-tanggung, teman saya ini membiarkan dirinya dibaptis ulang karena menganggap baptisan kecilnya dulu belum “rohani” karena tidak tahu apa-apa dan tidak ada bahasa rohnya. Hanya dalam beberapa minggu, teman saya ini menjadi salah seorang pekerja di gereja barunya untuk merekrut orang lain, terutama para pemuda (yang secara spiritual dan emosional masih tidak stabil) agar ikut beribadah di gereja yang dia ikuti sekaligus menjadi anggotanya. Dia “menghipnotis” para pemuda dengan memperkenalkan “bahasa roh” yang menurutnya hanya ada di gereja barunya, “di BNKP atau gereja-gereja arus utama tidak ada karena tidak rohani”, demikian katanya. Tanpa berpikir panjang para remaja-pemuda pun, dan bahkan ada orang tua, mengikuti arahannya untuk pindah gereja, dan entah dari roh mana, mereka dengan kompaknya “menjelek-jelekkan” gereja yang sudah ditinggalkan sebagai gereja yang tidak ada rohnya.

Namun, seperti teman saya ini kemudian katakan: “Saya menyesal telah ikut dan mengajak banyak orang ke gereja baru itu, karena ternyata bahasa roh yang dimaksud hanya merupakan cara kami mencari sensasi saja supaya orang lain tertarik dan mau mengikuti kami. Sampai sekarang saya tidak tahu apa arti dari bahasa roh yang sering kami ucapkan itu, dan saya juga tidak tahu untuk apa bahasa roh itu”. Setelah berdiskusi dalam beberapa kali pertemuan, akhirnya teman saya ini memutuskan untuk kembali ke gereja asalnya dan mengatakan: “Bagi saya sekarang yang terpenting bukan berbahasa roh, tapi menjalani kehidupan saya dengan lebih bermakna bagi diri saya sendiri, bagi orangtua saya, bagi keluarga saya, bagi orang lain, dan bagi kemuliaan Tuhan Yesus”.

Kisah di atas hanyalah salah satu dari sekian banyak pengalaman saudara-saudara kita seiman yang menggandrungi bahasa roh tanpa mengetahui artinya. Lalu, ada apa dengan bahasa roh itu? Salahkah? Atau Alkitabiahkah?

No comments:

Post a Comment