LIFE IS

All my yesterdays have brought me to this day, and all my tomorrows begin with now

Saturday, May 21, 2011

Hanya Satu yang Perlu/Prioritas (Lukas 10:38-42)

A.     Pengantar
Bagi orang Timur, menyambut tamu dengan penuh keramahan adalah suatu keharusan, yang biasanya ditandai dengan penyuguhan minuman atau makanan, apalagi kalau tamu itu merupakan orang yang kita hormati. Bahkan ada orang yang mau saja berutang hanya untuk menyambut tamunya.

B.     Penjelasan Teks
Teks kita hari ini berbicara mengenai dua tokoh yang secara garis keturunan sangat dekat, tetapi sangat berbeda dalam hal penyambutan atau pelayanan kepada seorang tamu agung mereka, yaitu Yesus yang saat itu datang berkunjung ke kampung atau rumah mereka. Kisah ini ditulis “hanya”oleh Lukas bukan untuk mempertentangkan kedua tokoh ini, bukan untuk mempertentangkan aktifitas mereka berdua, bukan juga untuk menyatakan bahwa yang satu lebih rohani sedangkan yang lain lebih duniawi karenanya tidak perlu. Kisah ini ditulis untuk mengajak pembacanya menentukan “prioritas” dalam hidupnya.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan Marta; toh apa yang dia lakukan dengan kesibukannya itu adalah untuk melayani Yesus, bukan untuk dirinya sendiri. Adalah manusiawi juga kalau dia kesal, uring-uringan, dan akhirnya mengeluh kepada Yesus karena saudaranya “Maria” yang seolah-olah tidak peduli dengan kesibukannya itu dan hanya duduk saja dekat kaki Yesus mendengarkan perkataan-Nya.[1] Tapi apa yang terjadi? Ketika Marta dengan lumayan kasar mengeluh kepada Yesus tentang saudaranya yang nampaknya malas itu, maka Yesus menjawab dengan lemah lembut tapi tegas. “Marta, Marta ...”. Kata-kata Yesus di sini tidak untuk menyalahkan Marta dan menganggap kesibukan melayaninya salah. Pelayanan Marta dapat dianggap baik, namun dalam penilaian Yesus tindakan Maria adalah yang terbaik sebab ia memperhatikan hal yang perlu pada saat itu. Marta ternyata telah dikuasai oleh kekuatiran, kesusahan dan kesibukan dengan banyak perkara (dengan banyak kegiatan) dan melupakan sesuatu yang sangat berharga pada saat itu, yaitu satu kesempatan emas yang tidak akan terulang lagi, “mendengarkan perkataan Tuhan Yesus” yang sedang berkunjung ke rumah mereka. Yesus sebenarnya tetap menghargai apa yang Marta lakukan untuk melayani Dia, tapi Yesus juga mengingatkan bahwa Marta seharusnya berlaku seperti saudaranya Maria, mampu menentukan/memilih prioritas pada kesempatan kunjungan-Nya itu; dan itulah yang dikatakan Yesus tadi di ayat 42: tetapi hanya satu yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya. Artinya, Maria telah mempergunakan kesempatan yang ada untuk mendapatkan yang terbaik, yaitu firman kehidupan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus.

Teks ini mengajarkan bahwa pelayanan kepada Yesus tidaklah harus disalahtujukan sedemikian rupa hingga seseorang tidak mempunyai waktu untuk belajar daripada-Nya; adalah lebih baik menghormati Dia dengan mendengarkan kepada-Nya daripada menyediakan kebutuhan-Nya secara berlebihan.Duduk dekat Yesus menandakan kesediaan menerima firman-Nya, dan penyerahan diri pada bimbingan firman Tuhan itu.

C.     Pokok-pokok Renungan
1)      Kisah ini mendesak kita untuk merenungkan apa yang kita utamakan dalam hal mengikut Yesus. Melakukan perbuatan baik demi Yesus maupun memelihara hubungan intim dengan Dia dalam doa dan perenungan firman Tuhan, keduanya baik dan penting. Prioritas kita orang modern adalah seperti Marta yang mengutamakan bahkan tenggelam dalam berbagai kegiatan yang banyak dan terkesan monumental.[2] Yesus menginginkan prioritas sebaliknya. Mengapa? Sebab dengan duduk dekat kaki Yesus dan mendengarkan Dia, kita sedang mengisi hidup kita dengan sesuatu yang sangat bermakna, sesuatu yang memiliki nilai hidup bersama Yesus. Hanya apabila kita selalu lebih dulu mendengarkan suara Yesus kita akan memiliki prioritas hidup yang benar dan mengerti tindakan-tindakan apa harus kita ambil.
2)      Banyak orang yang setiap menit meng-update statusnya di fb, tapi sangat jarang meng-update pengetahuan, persekutuan dan perenungannya akan Firman Tuhan. Banyak orang sekarang yang karena kesibukan atau kegiatan yang sebenarnya bisa diatur, justru terhalangi dalam mendengarkan dan bersekutu dengan Tuhan. Karena kecapaian, acara tv, asyik fb, maka tidak ada lagi waktu untuk duduk dengan tenang, berdoa dan merenungkan Firman Tuhan.Kesibukan duniawi merupakan jerat/perangkap bagi kita ketika kesibukan itu menghalangi kita untuk mendengarkan dan bersekutu dengan Tuhan.
3)      Banyak orang yang tenggelam dalam kesibukannya, terutama mereka yang “penggila kerja” (workaholic), seolah-olah hidup mereka tidak bermkna kalau tidak sibuk; banyak juga yang seolah-olah sibuk (SBU); sehingga mereka tidak mempunyai waktu lagi untuk duduk dengan tenang mendengarkan firman Tuhan dan bersekutu dengan Kristus.

D.    Penutup
Jadi, tidak ada yang salah dengan berbagai kegiatan atau kesibukan kita di dunia ini; persoalannya adalah bagaimana kita mampu menyediakan waktu dan tempat untuk suatu hal yang utama dalam hidup, prioritas yang tidak bisa diambil dari pada kita, bagian yang terbaik, yaitu “duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya”. Dengan demikian hidup kita akan semakin bernilai dan bermakna, baik di hadapan manusia maupun di hadapan Allah.


[1]Duduk dekat kaki “sang guru” untuk mendengarkan pengajarannya merupakan suatu kelaziman pada waktu itu.
[2]Perhatikan misalnya ketika perayaan hari-hari besar gerejeni yang seolah-olah tidak bermakna kalau tidak banyak kegiatan. Hal ini terjadi terutama dalam perayaan-perayaan Natal yang diisi dengan banyak kegiatan, pemberitaan firman Tuhan hampir-hampir tenggelam dalam berbagai kegiatan tersebut.

3 comments:

  1. terima kasih atas perenungannya. Tuhan memberkati.

    ReplyDelete
  2. Terima kasih mengingatksn saya atad renungan ini,Tuhan beserta kita

    ReplyDelete
  3. Terima kasih mengingatksn saya atad renungan ini,Tuhan beserta kita

    ReplyDelete